Rabu, 04 Januari 2012

DRAFT PROPOSAL DISERTASI


Assalamualaikum Wr.Wb,

Nama                          : ADI MURSALIN
KELAS                          : A
TUGAS                         :  Project 5b Proposal Penelitian –PENGUKURAN VARIABEL
DOSEN PENGAMPU   : PROF.DR.BAMBANG SUTOPO,M.COM.AkT
PROJECT                     : 5B (10 oktober 2011)

PROPOSAL PENELITIAN

Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Jasa Pelayanan Bank Secara Online (Internet Banking Service)di Kalimantan Barat

Adi Mursalin

1.      Motivasi dan Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi informasi telah berdampak besar bagi dunia ekonomi, khususnya bidang perbankan. Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan manusia tentang berbagai kegiatan yang selama ini hanya dimonopoli oleh aktivitas yang bersifat fisik belaka. Teknologi informasi (information technology) memegang peran yang penting, baik di masa kini maupun masa yang akan datang. Pemanfaatan teknologi informasi termasuk pengelolaan sistem informasi, sistem komunikasi dan sistem transaksi elektronik yang semakin meluas dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, telah menyebabkan semakin terbukanya informasi dalam hubungan masyarakat internasional, bukan saja di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Di sektor jasa, teknologi  digunakan  untuk menstandardisasikan pelayanan dengan mengurangi saling tatap muka antara konsumen dan karyawan. Sekarang ini sebagian besar  konsumen sekarang ini lebih suka menggunakan penyampaian pelayanan berbasis  teknologi daripada penyampaian pelayanan melalui karyawan.  Kecenderungan yang muncul ini memunculkan  isu isu penting tentang dampak teknologi pada kualitas pelayanan dan Tingkat kepuasan pelanggan. Sampai taraf apa tatap muka pelanggan/karyawan dihapuskan dari lini bagian depan dan dapat masih mempertahankan atau meningkatkan kepuasan pelanggan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vinh Sum Chau dan Liqing W.L.C. Ngai pada tahun 2010 (1) mengenai  The youth market for internet banking services:  perceptions, attitude and behaviour” mendapatkan bahwa  terdapat koefisien korelasi mengenai hubungan antara tiga komponen dari kualitas fungsional dan kepuasan kualitas fungsional responden  mengenai pelayanan bank melalui online, yaitu semakin tinggi tingkat persepsi pelanggan mengenai kemanfaatan/informasi/kualitas interaksi dari pelayanan Bank secara online, semakin tinggi kepuasan  mereka dengan kualitas fungsi dari pelayanan bank secara online. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa teknologi dapat memperbaiki dan mempercepat pelayanan  serta pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Vinh Sum Chau and Liqing W.L.C. Ngai menyatakan bahwa menurut Cox and dale (2001)
Service quality is especially important for the interface  between customer and internet . The  differences between the physical service environment and the website interface are key factors in suggesting whether previous service quality research is applicable to the ebusiness environment. In the technical/functional quality model, the technical quality of IBS is the quality of the financial service provided by the bank through its website. In a traditional banking service, the interaction between bank and customers is interpersonal, that is, between the representatives of the bank and the customers. Lassar et al.  (2000) measure a bank’s functional quality by assessing customers’ views of the bank representatives.”

Kualitas pelayanan sangat penting untuk hubungan antara pelanggan dengan internet. Kualitas teknis dari pelayanan Bank secara online merupakan kualitas pelayanan finansial yang disediakan oleh Bank melalui websitenya. Dalam pelayanan Bank secara tradisional, interaksi antara  bank dan pelanggan adalah antar pribadi, yaitu antara wakil bank dan pelanggan.
            Bagi sebagian orang, internet banking sangat membantu karena bisa melakukan transaksi perbankan di luar jam kerja bank yang sering pendek. Hanya membutuhkan koneksi internet dan web browser seperti Internet Explorer. Sama sekali tidak memerlukan perangkat lunak atau perangkat keras secara khusus. Jumlah konsumen perbankan yang memilih internet banking sebagai cara yang paling disukai untuk menangani keuangannya dewasa ini berkembang dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan mereka menyukai berbagai kemudahan dan fitur yang tersedia dalam internet banking.
            Mungkin ada orang yang ragu menggunakan internet banking lantaran cemas pada sistem keamanan internet yang sering dibobol oleh hacker atau cracker. Terutama sistem keamanan dengan otorisasi password yang sudah cukup aman bagi kebanyakan situs belanja online ternyata belum dianggap aman bagi internet banking di beberapa negara. Beberapa bank melengkapi sistem keamanan internet banking dengan sistem tambahan seperti enkripsi dan penggunaan password ganda yang salah satunya selalu berubah-rubah setiap melakukan transaksi perbankan online.
Sekarang ini industri jasa bank di Kalimantan Barat terus menerus berupaya melakukan inovasi teknologi  agar dapat memberi pelayanan yang lebih baik kepada nasabahnya dan bersaing di antara bank guna untuk menarik pelanggan. Bank Bank yang ada di Kalimantan Barat sudah menerapkan pelayanan perbankan secara online dalam lima tahun terakhir ini. Tujuan Bank Bank di Kalimantan Barat menerapakan Sistem pelayanan Bank secara online adalah untuk mempermudah konsumen melakukan transaksi dengan pihak Bank. Konsumen tidak perlu  lagi pergi ke Bank dan antri untuk bertatap muka dengan karyawan Bank. Bank bank di kalimantan Barat yang telah menerapkan Internet Banking service adalah Bank Mandiri dengan alamat webnya https://ib.bankmandiri.co.id/retail/Login.do?action=form&lang=in_ID ; Bank BNI 1946 dengan alamat webnya https://ibank.bni.co.id/ ;  Bank Kalbar dengan alamat websitenya http://www.bankkalbar.co.id/ ;  Bank BCA dengan alamat websitenya http://www.klikbca.co.id/ ;  Bank Tabungan Negara (BTN) dengan alamat websitenya http://www.btn.co.id/ ; Bank Muamalat dengan alamat websitenya http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/internet_banking ; serta Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan  alamat websitenya http://www.bri.co.id/ .  Paradigma baru yang dijalankan oleh bisnis perbankan di Kalimantan Barat adalah kualitas pelayanan yang lebih baik kepada pelanggannya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan adalah melalui sistem Internet Banking Service.
Peter Kangis dan Vassilis Voukelatos (1997) yang meneliti masalah “Private and public banks: a comparison of customer  expectations and perceptions” mendapatkan hasil penelitian yang mana hasilnya dapat dilihat di bawah ini :
“the survey findings show that customers of public banks have a similar profile of expectations of service quality as do those  of private banks. This finding is broadly in keeping with Zeithaml et al. (1993) Zeithaml  and Bitner (1996) and Kangis and Passa (1997). The results with respect to customers perceptions  suggest that the service that is offered  by banks in the private sector has a more  favourable influence on actual perceptions of  quality received than is the case with the service from banks in the public sector”

Dari hasil penelitian Peter Kangis dan Vassalis dapat diketahui bahw pelanggan dari Bank publik pun juga mempunyai ekspektasi yang sama  dengan ekspektasi pelanggan Bank swasta, yaitu kualitas pelayanan. Hasil yang diperoleh oleh Peter Kalis dan Vassalis ini yang berkenaan dengan persepsi pelanggan menyatakan bahwa pelayanan yang ditawarkan oleh bank bank swasta mempunyai pengaruh yang lebih menguntungkan pada persepsi aktual mengenai kualitas pelayanan yang diterima oleh Bank publik.
 Mark Loo  (2010) yang melakukan penelitiannya yang berjudul “Attitudes and Perceptions towards Islamic Banking among Muslims and Non-Muslims in Malaysia: Implications for Marketing to Baby Boomers and X-Generation  yang mengutip pernyataan dari Dusuki and Abdullah (2006) menjelaskan bahwa para bankir tidak dapat lagi tergantung pada menonjolkan  faktor islam tetapi juga  kualitas pelayanan . Survei yang mereka lakukan kepada 750 orang responden menemukan bahwa tiga faktor yang paling penting adalah kompetensi, keramahan, dan kualitas pelayanan pelanggan.
Dari temuan penelitian Mark loo tersebut dapat diketahui bahwa Bank tersebut harus lebih menekankan pada kualitas pelayanan yang lebih baik, komptensi, dan keramahan untuk dapat menarik konsumen untuk menggunakan internet banking service tersebut.
Dalam penelitian  yang pernah dilakukan sebelumnya oleh   Mostafa Mesgari Mashadi dan Maryam Tofighi (2007) mengenai Determinants of E-Banking Adoption : The Case of E-Banking Services in Teheran dinyatakan bahwa variabel the usefulness, social function, , self efficacy , variabel sikap, kontrol perilaku dan norma subyektif yang dirasakan memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel tergantung dari niat untuk menggunakan e-banking. Vinh Sum Chau and Liqing W.L.C. Ngai (2010) (3) dalam penelitiannya yang berjudul ,”The youth market for internet banking services: perceptions, attitude and Behaviour.” Menyatakan sebagai berikut :
“Perceived usefulness is seen as the degree to which a person  believes that a particular system would enhance his or her job  performance, and perceived ease of use, in contrast, refers to  the degree to which a person believes that using a particular  system would be free of effort (Davis, 1989), both of which are determinants of attitude towards usage intentions and  actual information technology usage.”

Perceived usefulness juga merupakan faktor penentu sikap konsumen terhadap Niat konsumen dalam menggunakan pelayanan bank secara online.  Semakin tinggi manfaatnya sistem perbankan secara online bagi Konsumen,maka konsumen mempunyai sikap positif terhadap sistem perbankan online tersebut.
Demikian juga  Sum Chau dan Liqing mengutip teori dari Bandura (1977,1982) dan Yi and Venkatesh,1996) menyatakan bahwa Self-efficacy mengacu pada kepyakinan individu terhadap kemampuan mereka melakukan tindakan tertentu dan dianggap sebagai faktor penentu dalam melakukan kegitan memilih, dan tingkat kinerja dalam situasi tertentu.
             Emin Babakus, Sevgin Eroglu and  Ugur Yavas (2004) dalam penelitiannya yang berjudul ,”Modeling consumers’ choice behavior: an application in banking,” menyatakan bahwa konsumen dalam melakukan pilihan online banking,banyak faktor yang menentukannya, diantaranya adalah dimensi pengalaman, kepercayaan, dan search. Untuk membentuk pengalaman yang positif bagi pelanggan, maka pelayanan secara tepat waktu dan kesungguhan dari personil bank  yang diikuti oleh kesediaan personil bank mendengarkan suara pelanggan merupakan hal yang paling penting dalam membentuk pengalaman positif bagi pelanggan. Ketersediaan jasa baru dan bebas biaya merupakan  indikator dari konstruk search tersebut. Kualitas pelayanan teknis dan fungsional serta kompetensi manajemen merupakan atribut yang dapat membentuk kepercayaan pelanggan terhadap pelayanan bank secara online.
            Di satu sisi pihak bank yang menerapkan sistem pelayanan bank secara online  ingin memperbaiki kualitas pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggannya, namun di lain pihak,masyarakat di kalimantan Barat masih belum terbiasa dengan menggunakan sistim pelayanan bank secara online. Walaupun mereka sudah mengetahui internet, tetapi mereka lebih suka melakukan transaksi melalui tatap muka secara langsung dengan karyawan di Bank. Mereka masih khawatir terhadap risiko yang diterima bila melakukan transaksi melalui internet.
Menurut Ho and Ng,1994; Cox, 1967; Peter and Ryan,1976; stone and Gronhaug,1993l; dan Vinh Sum Chau and Liqing W.L.C. Ngai,2010) menyatakan dalam penelitian sebelumnya mengenai perceived risk sebagai berikut :
The concept of perceived risk was first introduced to explain  such phenomena as information seeking, brand loyalty,  opinion leaders, reference groups and pre-purchase  deliberations (Bauer, 1964), asserting that consumer  behaviour involves a risk that any action of a consumer may  lead to unpleasant consequences (Ho and Ng, 1994; Cox,  1967; Peter and Ryan, 1976; Stone and Gronhaug, 1993).

Jarvennpaa and Todd (1996) mengidentifikasi  lima jenis risiko dalam melakukan online shopping:
1 risiko ekonomis (risiko akan kerugian moneter  yang timbul dari melakukan
   online shopping).
2 Risiko sosial  (penerimaan melakukan online shopping oleh anggota masyarakat
    lainnya, seperti anggota keluarga, teman, dan lain lain).
3 Risiko Kinerja/mutu (apakah produk yang dibeli atau jasa yang dibeli dapat
    memenuhi harapan pelanggan).
4 Risiko Pribadi (risiko dari merugikan pelanggan yang disebabkan oleh perilaku
   pembelian tersebut).
5 Privacy risk (loss of right of privacy).

Semakin tinggi risiko dalam melakukan pelayanan bank secara online akan membentuk sikap negatif pelanggan terhadap niat untuk melakukan transaksi bank melalui online.
Disamping perceived risk , faktor kemudahan menggunakan sistem pelayanan online juga dapat membentuk sikap pelanggan dalam menggunakan Internet Banking service tersebut. Vinh Sum Chau and Liqing W.L.C. Ngai,2010 dalam penelitiannya menyatakan bahwa :
“To gain a better understanding of the cognitive  processes people use to respond to IT regarding beliefs, attitudes, intention and behaviour, the effects of perceived ease of use/ perceived  usefulness on attitude and usage intention are bothconsidered”

Dari pernyataan Vinh dan Liqing tersebut di atas , dapat diketahui bahwa  pihak bank juga harus memperhatikan faktor kemudahan menggunakan dan kebermanfaatan dari sistem pelayanan bank secara online. Kedua faktor dapat membentuk kepercayaan,sikap, niat dan perilaku konsumen untuk menggunakan sistem pelayanan bank secara online.
Social function seperti pengaruh dari anggota masyarakat lainnya yang belum siap menerima teknologi online Banking service ini, anggota keluarga, teman, dan lain-lain juga perlu diperhatikan. Fungsi sosial yang negatif tentunya akan membentuk sikap negatif konsumen untuk menggunakan sistem pelayanan Bank secara online.
Vinh Sum Chau and Liqing W.L.C. Ngai,2010 dalam penelitiannya mengenai “The youth market for internet banking services:perceptions, attitude and behaviour” mengutip teori dari Fishbein dan Ajzen (1975) sebagai berikut :
Social influence attempts to understand the changes brought about in individuals’ attitude by external inputs, such as information communicated to them. In TRA, Fishbein and Ajzen (1975) used the term “subjective norm” to describe social influence.

Menurut fishbein dan Ajzen tersebut, pihak bank yang akan menerapkan sistem bank secara online harus memberikan informasi yang benar dan akurat kepada pelanggan dan informasi ini hendaknya dapat meyakinkan pelanggan bahwa sistem ini akan dapat membantu pelanggan dalam melakukan transaksi dengan lebih mudah dan cepat. Social influence yang positif tentunya akan dapat membentuk sikap kosnumen yang positif terhadap niat perilaku konsumen untuk menggunakan sistem pelayanan Bank secara online.
Akhtar,  R.  and  Dong,  Y.  (2004)  dalam penelitian mereka  telah disebutkan bahwa :

“Technological  development  in  online  banking  make  it  much  easier  and  cheaper  for customers  to  compare  and  contrast  products  and  to  establish  multiple  banking  connections  (Buhl  &  Will, 1998).  Fojt  (1996)  contends  that  better  communications  technology will alter dynamics of  purchase decisions.”

Menurut Akhtar R dan Dong.Y, perkembangan teknologi dengan menggunakan online banking itu mempermudah konsumen dan lebih murah biayanya . Buhl and will (1998) yang dikutip oleh Akhtar dan Dong menyatakan bahwa  teknologi komunikasi yang lebih baik akan mengubah dinamika keputusan pembelian.
Beberapa penulis,seperti  Birch & Young,  1997;  Mathe  &  Dagi,  1996;  Gandy  &  Brierley,  1997)  telah melakukan riset mengenai customer equirements. Time. Hasil riset mereka menyatakan bahwa  privacy, control dan  economy merupakan di antara aspek penting yang diperhatikan oleh pelanggan. Sekarang ini masyarakat mulai menjadi lebih sibuk dan kemudian berusaha melaksanakan transaksi menurut waktu yang mereka anggap menyenangkan. Oleh karena itulah , orang lebih menyukai internet banking dibandingan dengan traditional banking.
 Sudin Haron, Norafifah Ahmad and Sandra L. Planisek  (1994)  yang melakukan penelitian dengan judul “Bank Patronage  Factors of  Muslim and  Non-Muslim Customers “ mendapatkan hasil penelitian yang menarik yang hasil dapat dilihat di bawah ini :
“Another interesting finding from this study is that both  Muslims and non-Muslims value their time highly and  expect their banking transactions to be completed as  quickly as possible. The inefficiency indicators such as  long queues in the banking hall, temporary shut-downs in  ATM service, unoperational counters during banking hours, unattended enquiries, and delays in making decisions should be addressed immediately.”

Dari hasil temuan penelitian dari Sudin Haron, Norafifah Ahmad and Sandra L. Planisek  (1994)  dapat diketahui bahwa pelanggan atau konsumen bank baik yang beragama islam atau bukan islam mengharapkan pelayanan yang cepat dalam melakaukan transaksi dan konsumen islam ataupun non islam juga sangat menghargai waktu. Pihak Bank tersebut hendaknya dapat mengatasi  adanya antrian yang panjang di ruang bank, penutupan sementara bank, dan penundaan dalam mengambil keputusan.
 Ahasanul Haque (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Islamic Banking in Malaysia: A Study of AttitudinalDifferences of Malaysian Customers”menyatakan bahwa menurut responden , bank bank islam menawarkan transaksi yang aman,dapat memenuhi kebutuhan pribadi responden, menyediakan informasi rekening yang mudah diakses, menggunakan pelayanan nilai tambah yang terintegrasi, pelayanan staf  yang ramah kepada mereka dan adanya profit sharing.According to these respondents, Islamic banks offered secured transactions, fulfilled personal needs,  provided easy–to-access account information, used integrated value-added services, their staff treated  their customers as “friendly”, and they had provision of profit sharing.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahasanul Haque (2010) dapat disimpulkan bahwa bank bank yang ada di kalimantan Barat tersebut harus dapat memberi pelayanan yang lebih baik dan dapat memenuhi kebutuhan pribadi pelanggan dan dapat memberikan transaksi yang aman serta menyediakan informasi yang mudah diakses oleh pelanggan.
(22) Penelitian sebelumnya yaitu mengenai “An empirical survey of individual  consumer, business firm and  financial institution attitudes  towards Islamic methods of finance”yang dilakukan Alsadek Gait dan Andrew Worthington (2008) mendapatkan temuan dalam penelitian mereka sebagai berikut :
“Muslim students prefer  Islamic banks’ services.  High-achieving students  have a better level of  knowledge of Islamic finance  terms and concepts.  High-achieving non-Arabic  students had the highest level  of conventional finance  knowledge.  Generally, student knowledge of both Islamic and conventional finance methods was relatively low. Most Islamic bank users were  married, more than 30 years  old with stable incomes.  Most non-users were single,  aged less than 30 years  earning low incomes.  Spouse, friends and relatives,  as well as religion, impact on  attitudes towards Islamic bank products”.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Alsadek Gait dan Andrew Worthington dapat disimpulkan bahwa pelayanan Bank yang lebih disukai oleh mahasiswa muslim dan social influence dan subjective norms dari mahasiswa tersebut mempunyai dampak pada sikap pada produk bank islam.
Anita Lifen Zhao and Nicole Koenig-Lewis and Stuart Hanmer-Lloyd and Philippa Ward (2010) dalam penelitian mereka mengenai “Adoption of internet banking  services in China: is it all about  trust?” mengutip teori dari Black et al.,2001 mengatakan bahwa :
To build profitable long-term relationships with consumers, financial institutions  need to know how trust and perceived risk influence consumer’s behaviour. However,  relatively little attention has been dedicated to investigate how both concepts  contribute to consumers’ willingness to use IBS. Such integration provides us with a  unique perspective on how the social construct (trust) and psychological concept  (perceived risk) influence consumers’ IBS adoption. Perceived risk is identified as a  major barrier, discouraging consumers from considering using banking services on the internet (Black et al., 2001).

Dari konstruk di atas dapat diketahui bahwa pihak bank perlu mengetahui bagaimana membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan konsumen dan lembaga keuangan. Untuk itu, pihak harus tahu bagaimana Kepercayaan dan perceived risk tersebut memengaruhi perilaku konsumen agar bersedia menggunakan Internet Banking service. Perceived risk disini diartikan sebagai rintangan utama yang tidak mendorong konsumen menggunakan pelayanan bank melalui internet.
(15) Chiao-Chen Chang, Yang-Chieh Chin (2011) dalam penelitian mereka yang berjudul “Comparing consumer complaint  responses to online and offline environment” mendapatkan hasil penelitian mereka sebagai berikut :
“The study demonstrates that perceived behavior control will be a robust  predictor of intention to complain, and we expect the perception of level of control in  complaining to online retailers to be higher than that of complaining to offline retailers.  The effects of the predicting factors (attitude, subjective norm, and perceived behavioral control) on the intention to complain may also differ. Findings show that the  causal factors in the two environments appear to differ significantly in their ability to predict the intention to complain. Consequently, in online media, perceived behavioral control adds significant explanatory power in predicting the intention to complain. This result is consistent with that of Fortin (2000), who explained that perceived behavioral control was a key determinant for behavioral intention in the online environment”

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiao-Chen Chang dan Yang-Chieh Chin (2011) dapat diketahui bahwa perceived behavior control merupakan faktor yang memengaruhi niat konsumen untuk melakukan keluhan. Demikian juga dengan efek dari  faktor prediktor lainnya seperti sikap, subjective norm, dan perceived behavior control pada niat untuk mengajukan keluhan juga berbeda beda. Jadi,  dalam media online dan juga dalam internet banking service, perceived behavioral control menambah daya penjelas yang signifikan dalam memprediksi niat konsumen untuk mengajukan keluhan atau niat pelanggan untuk menggunakan internet banking service.
(17) Ebrahim Esmaili, Mohammad Ishak Desa, Hadi Moradi,dan  Amin Hemmati (2011) dalam penelitian mereka yang berjudul “The Role of Trust and Other Behavioral Intention Determinants on Intention toward Using Internet Banking” mendapatkan hasil temuan mereka adalah bahwa hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa efek langsung dan positif dari kegunaan yang dirasakan, dirasakan kemudahan penggunaan, sikap terhadap pengaruh penggunaan dan sosial; mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya Suh dan Han [21], Luarn dan Lin [15], Grabner, et al. [16], GU, dan rekan [17]. Juga hasil studi ini mengkonfirmasi temuan Shah [21] dan Hanudin [22] yang dilakukan di Malaysia.
Ya-Yueh Shih (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The study of customer attitude towards Internet banking based on the Theory of Planned Behavior” mendapatkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa  TPB yang diperluas  menyediakan dasarnya sama sesuai dengan model TPB murni (= 1743,04, p <0,01, CFI = 0,91; NNFI = 0,90; RMSEA = 0,058). (= 0,68; = 0,23; = 0,76; = 0,74 dan = 0,44). Koefisien jalur adalah sebagai hipotesis dalam setiap kasus (p <0,05 dalam segala hal). Sikap, keyakinan normatif dan struktur kontrol adalah penentu signifikan sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku dirasakan (PBC), masing-masing. Selain itu, sikap dan PBC secara signifikan  menentukan  niat perilaku.
 T. Ramayah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “User Acceptance of the E-Government Services inMalaysia: Structural Equation Modelling Approach”  mendapatkan temuan hasi penelitiannya bahwa Perceived ease of use  dan compatibility mempunyai efek positif yang signifikan pada sikap pada e-government. Interperonal influence mempunyai efek positif pada  subjective norms. Self efficacy dan facilitating conditions mempunyai efek positif pada Perceived Behavior Control. Sikap mempunyai pengaruh positif pada niat untuk menggunakan e-government dan PBC mempunyai efek yang positif terhadap niat untuk menggunakan e-government service.
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh T.Ramayah, dapat disimpulkan ease of use, interpersonal influence atau social influence, sikap dan PBC juga dapat memengaruhi konsumen dalam menggunakan internet Banking service.
Mostafa Mesgari Mashadi dan Maryam Tofighi (2007menyatakan menurut  Ajzen juga telah membuktikan kemampuan TPB untuk menyediakan kerangka teoritis yang sangat berguna untuk memahami dan memprediksi adopsi teknologi informasi baru [15]. Banyak bukti empiris menunjukkan kemampuan untuk secara efektif menggambarkan TPB niat seseorang dan perilaku dalam menerima teknologi informasi baru. Bukti mencakup penerapan teknologi telemedicine oleh dokter [, 16 17], adopsi e-Government [18], adopsi dan penggunaan sumber daya komputer pusat [19], adopsi TI dalam pengaturan kerja [20], e -broker adopsi layanan [21].
Penelitian sebelumnya mengenai “Attitudes towards the use of E-banking: Result of a Pilot Survey” yang dilakukan oleh Zaigham Mahmood (2009) mendapatkan hasil temuannya bahwa lebih setengah pengguna EB (bank elektronik) membuat pemakaian EB menjadi sangat sederhana. Dan 19% dari mereka menggunakan online service untuk meminta buku cek atau buku pembayran dan 12% dari mereka menggunakan EB untuk transfer dana. Alasan mereka menggunakan EB adalah lebih enak, ada waktu dan dapat menghemat waktu,sedangkan yang tidak menggunakan EB adalah karena mereka tidak mempunyai kemampuan tentang komputer serta kurang bermsyarakat.
(25) Pooja Malhotra and Balwinder Singh (2007) telah melakukan penelitian mengenai “Determinants of Internet banking  adoption by banks in India” dan hasil penelitian yang mereka lakukan adalah sebagai berikut :
“The results show that the larger banks, banks with younger age, private ownership, higher expenses for fixed assets, higher deposits and lower branch intensity evidence a higher probability of adoption of this new technology. Banks with lower market share also see the Internet banking technology as a means to increase the market share by attracting more and more customers through this new channel of delivery. Further, the adoption of Internet banking by other banks increases the probability that a decision to adopt will be made”
Dari  hasil penelitian yang mereka lakukan dapat disimpulkan bahwa teknologi internet Banking dianggap sebagai cara untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menarik semakin banyak pelanggan melalui saluran baru dalam menyampaikan jasa kepada konsumen. Dan mengadopsi internet banking juga menambah profitabilitas bank tersebut.
2.Permasalahan Penelitian
            Berdasarkan pada latar belakang dan Motivasi Penelitian di atas, yang menjelaskan variabel variabel yang mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap niat perilaku konsumen menggunakan pelayanan Internet Banking, Peneliti ingin menyatakan permasalahan pokoj yang menyangkut Internet Banking service yang dijalankan oleh bank bank yang ada di Kalimantan Barat
1.      Bagaimanakah sikap konsumen terhadap Internet Banking Service yang telah dijalankan oleh Bank Bank di Kalimantan Barat?
2.      Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) memperoleh informasi mengenai karakteristik dan perilaku masyarakat terhadap internet Banking service yang dijalankan oleh Bank-bank yang ada di Kalimantan Barat, dan (2) memperoleh informasi mengenai sikap masyarakat di Kalimantan Barat mengenai Internet Banking Service yang telah dijalankan oleh Bank-bank yang ada di Kalimantan Barat.
3.      Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu Bagaimanakah sikap konsumen terhadap Internet Banking Service yang telah dijalankan oleh Bank Bank di Kalimantan Barat.
           
4.      Tinjauan Literatur
Penelitian tentang persepsi dan sikap masyarakat ini sebenarnya sudah banyak dilakukn dengan tujuan untuk memperoleh kepastian dimana perspesi dan sikap konsumen dapat dijadikan prediktor yang akurat terhadap perilaku untuk membeli. Sikap Konsumen dalam penelitian terdahulu telah diaplikasikan dalam Theory of Reasoned Action dan telah dikembangkan untuk memprediksi perilaku secara akurat (Dharmmnesta,1992)
4.1.Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah suatu keputusan terhadap berbagai pilihan alternatif dari berbagai objek.  Melissa St James and Natasa Christodoulidou  (2011) dalam penelitian yang berjudul “Factors influencing wine consumption in Southern California consumers yang  mengutip teori tentang sikap dari Ajzen and Fishbein (1980) mengatakan bahwa  Sikap ditentukan oleh Keyakinan seseorang yang mendalam tentang suatu objek atau perilaku dan norma norma subjektif ditentukan oleh  keyakinan normatif . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melissa St James and Natasa Christodoulidou  (2011) dalam penelitian yang berjudul “Factors influencing wine consumption in Southern California consumers” menunjukkan bahwa diantara peminum air anggur di California Selatan, sikap mempunyai pengaruh yang lebih besar  pada niat untuk minum air anggur daripada norma norma sosial.  Marcelo Vinhal Nepomuceno dan  Juliana Barreiros Porto (2010) dalam penelitian mereka mengenai,” :  Human values and attitudes toward bank services in Brazil “ mengutip teori sikap dari Fishbein (1966) menyatakan bahwa konsep sikap adalah sebagai berikut:
The concept of attitudes has been studied by several authors. [31] Fishbein (1966) proposed that the attitudes have three components: cognitive, affective and conative. The cognitive component is the mental representation of the object, therefore it is related to beliefs, knowledge and other information and adjectives related to it. The affective component is defined as the positive or negative emotion toward the object, whereas the conative component refers to how the person wishes to behave towards the object.

Dari konsep tentang sikap tersebut di atas, sikap mempunyai tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognisi merupakan representasi mental dari objek yang dinilai.Oleh karena itu, kognisi itu berkaitan dengan keyakinan, pengetahuan and informasi lainnya. Affective didefinisikan sebagai emosi positif dan negatif pada objek,sementara komponen konatif mengacu pada keinginan seseorang untuk berperilaku terhadap objek.
 Rose, Gregory M. Dan Straub, Detmar W (2001) dalam penelitiannya mengenai “The Effect of Download Time on Consumer Attitude Toward the e-Service Retailermengutip teori dari Korgaonkar, et al., 1985 menyatakan bahwa  manajer aplikasi EC perlu memahami bagaimana desain dari sistem mereka mempengaruhi sikap pengecer. Alasan tersebut adalah bahwa pemahaman terhadap EC akan memengaruhi sikap pengecer dan ini penting karena sikap pengecer juga dapat  memengaruhi pemilihan toko oleh pengecer.
Pihak bank yang ada di Kalimantan Barat juga perlu memperhatikan desain dan sistim yang dibuat . Desain yang baik dan sistem yang mudah juga dapat memengaruhi sikap konsumen terhadap internet Banking service yang dijalankan oleh Bank.
4.2.                        Kepercayaan Masyarakat
Mary Ann Eastlick and Sherry Lotz (2011) dalam penelitian mengenai “:  Cognitive and institutional  predictors of initial trust toward  an online retailer yang mengutip teori dari  Grabner-Krauter and Kaluscha, 2008; Kim et al., 2004 menyatakan bahwa Yang dimaksud denga trust (percaya) disini adalah  kecenderungan psikologis pribadi, suatu kognisi terhadap orang yang dipercaya, karakteristik yang melekat pada lingkungan institusi, dan kumpulan kepercayaan kognitif dan afektif  dan sikap yang dibentuk oleh yang trustor (orang yang memberi kepercayaan) mengenai trustee (orang yang diberi kepercayaan) .  Anita Lifen Zhao and Nicole Koenig-Lewis and Stuart Hanmer-Lloyd and Philippa Ward (2010) dalam penelitian mereka mengenai “Adoption of internet banking  services in China: is it all about  trust?” yang mengutip teori dari Gefen and Straub, 2004; Mayer et al.,1995; Mitchell, 1999 mengatakan bahwa  Both trust and perceived risk are defined as multidimensional constructs that are related to the individual, cultures and contexts.  (baik trust dan Perceived risk didefinisikan sebagai konstruk multidimensi yang berhubungan dengan individu,budaya, dan konteks).
 Hanudin Amin (2007 ) dalam penelitian mengenai “An analysis of mobile credit card usage intentions” yang mengutip teori dari Davis (1989) mengenai perceived usefulness, Amin menyatakan bahwa “perceived usefulness didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang menggunakan sistem tertentu yang akan memperkuat kinerjanya. Cheong and Park (2005) telah melakukan riset yang ekstensif  mengenai efek yang signifikan dari perceived usefulness pada niat pemakaian. Cheong dan Park menemukan bahwa perceived  usefulness secara positif memengaruhi niat pembelian online dan mobile internet. Dan hasil penelitian ini konsisten dengan  hasil temuan Luarn dan Lin yang menemukan bahwa  perceived usefulness mempunyai efek positif pada niat pemakaian pada mobile banking.
Michael Pearson, PhD (2007) dalam penelitiannya mengenai“The Influence of Trust on Internet Banking Acceptance“ mendapatkan hasil temuannya dalam penelitian bahwa  trust secara signifikan memengaruhi sikap terhadap Internet banking acceptance. Peneliti seperti Gefen et al. (2003), Jarvenpaa et al. (2000) sudah lama menyarankan pentingnya trust dalam lingkungan yang tidak pasti dan mengandung risiki seperti kegiatan melakukan online.  Emin Babakus  Sevgin Eroglu and Ugur Yava (2004) yang melakukan penelitian yang berjudul “Modeling consumers’ choice behavior: an  application in banking” mendapatkan hasil penelitian mereka sebagai berikut :
“ The standardized g coefficients are highly  informative since they signal the relative importance of the first-order factors in the model.The results suggest that “experience” is the most reliable indicator of choice evaluation (g3 ¼ 0:91) followed by “credence” (g2 ¼ 0:85) and “search” (g1 ¼ 0:81) dimensions. It appears that provision of services in a timely manner and attentiveness of  bank personnel followed by willingness of personnel to listen to customers are most critical in defining the experience construct”

Dari hasil penelitian Emin Babakus  Sevgin Eroglu and Ugur Yava (2004) dapat diketahui bahwa dimensi pengalaman, kepercayaan (credence), dan search merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh Bank. Pengalaman merupakan indikator yang paling penting yang digunakan oleh konsumen dalam menilai pilihan mereka,diikkuti oleh “kepercayaan” dan “search”. Maka pihak bank harus dapat menghantarkan pelayanan yang tepat waktu dan adanya kesungguhan dan kesediaan dari personil Bank untuk mendengarkan pelanggan.
Sheng Wu, Cathy S. Lin, dan Jean Lin  (2011) yang melakukan penelitian yang berjudul “An empirical investigation of  online users’ keyword ads search behaviours” mendapatkan hasil temuan dalam penelitian bahwa flow experience secara positif memengaruhi secara positif sikap terhadap keyword searching (beta;¼ 0:41, p , 0:001), niat untuk mencari  online  keywords (beta;¼ 0:20, p , 0:001), controllability (beta; ¼ 0.42, p , 0:001), dan  self-efficacy (beta;¼ 0:37, p , 0:001).
Hanudin Amin (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “An analysis of mobile credit card usage intentions”  mendapatkan hasil penelitiannya bahwa perceived ease of use secara signifikan berhubungan dengan  perceived usefulness (t ¼ 11.996, p-value ¼ 0.000). Ini konsisten dengan penelitian sebelumnya  (Kleijnen et al., 2004; Wang et al., 2003; Davis et al., 1989) yang juga mendapatkan bahwa   perceived ease of usesangat berhubungan dengan perceived usefulness of the adoption oftechnological products and services.
4.3.                        Gaya Hidup
           
Gaya hidup adalah kebiasaan seseorang yang dipengaruhi oleh keinginan untuk memeroleh perlakuan yang sesuai dengan standard dari tiap orang yang berlainan.  Joel Espejel,  Carmina Fandos, dan  Carlos Flavián (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Food products,  Customer satisfaction,  Consumer behavior,  Loyalty,  Oils & fats,  Hypotheses,  Statistical analysis menyatakan bahwa  gaya hidup yang juga  berhubungan dengan sari makan yang menyehatkan dan kehidupan yang seimbang secara positif memengaruhi sikap dan sikap terhadap untuk membeli makanan organik. Dari hasil penelitian dari Joel Espejel,dkk dapat diketahui bahwa gaya hidup juga dapat membentuk sikap positif konsumen. Gaya hidup juga dapat memengaruhi sikap konsumen atau pelanggan terhadap internet banking service







6.      Model penelitian
7. Hipotesis Penelitian
            Ada beberapa hipotesis yang akan saya rumuskan dalam rencana penelitian ini , yaitu: Service attributes yang tercermin dari adanya Information quality, transaction speed, security, dan user friendly dapat membentuk sikap positif terhadap niat konsumen untuk menggunakan Internet Banking System. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketepatan operasional merupakan pertimbangan yang signifikan dalam kualitas produk dan layanan yang melibatkan teknologi komputer (Davis et al, 1992.). Sorban dkk. (2000) juga menunjukkan bahwa internet banking dapat menanggapi keluhan lebih cepat. Tiga atribut meliputi: (a) lebih cepat daripada perbankan cabang (SPEED1), (b) interaksi yang efisien (SPEED2) dan (c) respon cepat (SPEED3). Dari sudut pandang teknologi, kemudahan penggunaan umumnya dianggap sebagai atribut kualitas penting dalam layanan teknis komputer (Davis et al, 1989). Van Slyke dan Belanger (2003) menunjukkan bahwa dalam e-bisnis, keamanan harus pergi baik cara: (1) identitas pengguna perlu diverifikasi sehingga pedagang tahu ini adalah pengguna yang sah, dan (2) identitas pedagang harus diverifikasi sehingga pengguna mengetahui pedagang adalah sah. Maka peneliti membuat hipotesis untuk atribut jasa  sebagai berikut:
H1. Atribut Jasa yang tercermin oleh adanya  information quality, transaction speed,
         security and safety, dan user friendly  secara positif akan  mempengaruhi sikap   
          konsumen terhadap  Internet Banking
Self-efficacy mengacu pada keyakinan individu pada kemampuannya untuk melakukan tindakan tertentu (Bandura, 1994). Kemudahan dalam menggunakan internet atau internet banking service merupakan cerminan dari Self Efficacy yang baik dan pada akhirnya akan membentuk sikap positif terhadap penggunaan Internet Banking Service.Maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:\
H2. Self Efficay yang dimilik konsumen dalam mengoperasikan internet akan secara positif
       berpengaruh pada easy use of Internet Banking Service.
H3. Easy use of Internet Banking Service  akan secara positif berpengaruh pada sikap
       konsumen terhadap penggunaan Internet banking Service.
Konsep mengenai perceived risk pertama kali dierkenalkan  untuk menjelaskan fenomena dalam mencari informasi, loyalitas merek, grup referensi dan pre-purchase  deliberations (Bauer, 1964), yang menekankan bahwa  perilaku konsumen melibatkan risiko yang tindakan dapat mengarah ke akibat yang tidak menyenangkan (Ho and Ng, 1994; Cox, 1967; Peter and Ryan, 1976; Stone and Gronhaug, 1993).
Pengaruh sosial berusaha memahami perubahan perubahan yang diakibatkan oleh sikap individu oleh input input eksternal seperti informasi yang disampaikan ke mereka . Menurut TRA, Fishbein and  Ajzen (1975) menggunakan istilah “subjective norm” untuk menggambarkan pengaruh sosial . maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
H4 : Kebermanfaatan pemakaian internet Banking service secara positif tercermin dari
        pengaruh sosial dan perceived risk.
H5  : kebermanfaatan yang positfi dari penggunaan internet banking service secara psoitif
         akan berpengaruh pada sikap konsumen terhadap internet Banking service.
Kepercayaan konsumen tergantung dari pengalaman konsumen dalam menerima informasi dari penyedia jasa (Dabhokar,1995). Semakin banyak pengelaman konsumen dalam menerima informasi tentunya akan menambah kepercayaan konsumen dan kepercayaan konsumen akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu objek. Maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :
H6 : Pengalaman akan secara positif  memengaruhi sikap konsumen terhadap penggunaan
        Internet Banking service
Kepuasan dan Ketidakpuasan ini didasarkan pada pengalaman masa lalunya (Engel.et.al, 1990). Konsumen yang puas akan mempunyai sikap yang positif terhadap pemakaian Internet Banking Service, dan sebaliknya Konsumen yang tidak puas akan mempunyai sikap negatif terhadap sikap konsumen terhadap pemakaian Internet Banking Service. Maka hipotesis penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut :
H7 : Kepuasan konsumen akan secara positif berpengaruh pada sikap konsumen terhadap
        penggunaan Internet Banking Service.
Informasi yang diberikan kepada  Masyarakat, Gaya hidup dan persepsi  juga dapat membentuk sikap positif konsumen. Persepsi konsumen merupakan penilaian konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang lebih didasari oleh adanya anggapan atau perasaan dari konsumen  yang tercermin dari sikap konsumen. Gaya hidup   juga dapat memengaruhi sikap konsumen atau pelanggan terhadap internet banking service. Maka peneliti membuat hipotesis untuk gaya hidup   sebagai berikut:
H8 :   Informasi yang diberikan kepada konsumen secara positif akan berpengaruh pada
          Sikap  masyarakat terhadap niat untuk menggunakan  Internet Banking Service.
H9 : Gaya hidup Konsumen   secara positif  berpengaruh pada  Sikap  masyarakat terhadap
        niat untuk menggunakan  Internet Banking Service.
H10 : Persepsi Konsumen secara positif akan membentuk sikap positif konsumen terhadap
         niat untuk menggunakan  Internet Banking Service.
Trust merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Trust telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Yousafzai et al., 2003).
Bangunan sistem e-commerce sebaik apapun pasti masih mengandung potensi risiko. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Pavlou dan Gefen  (2002), Corbit et al. (2003), Kim dan Tadisina (2003), Mukherjee dan Nath (2003), dan peneliti yang lain dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya  transaksi melalui e-commerce, faktor kepercayaan (trust) menjadi faktor kunci. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berani melakukan transaksi melalui media internet. Tanpa ada kepercayaan dari pelanggan, mustahil transaksi ecommerce akan terjadi.
Mayer et al. (1995) setelah melakukan review literatur dan pengembangan teori secara komprehensif menemukan suatu rumusan bahwa kepercayaan (trust)  dibangun atas tiga dimensi, yaitu kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Tiga dimensi ini menjadi dasar penting untuk membangun kepercayaan seseorang agar dapat mempercayai suatu media, transaksi, atau komitmen tertentu.
            Kepercayaan masyarakat tentunya akan  memengaruhi  terjadinya transaksi di bank melalui jasa bank online.  Bila masyarakat telah menanamkan kepecayaan yang positif terhadap penggunaan internet banking service, tentunya Kepecayaan masyarakat ini akan mempunyai pengaruh positif terhadap Niat konsumen untuk memakai internet Banking Service dan juga membentuk sikap positif masyarakat terhadap  penggunaan internet Banking service.  Kepercayaan masyarakat dan Sikap masyarakat ini dapat dibentuk karena  pihak perbankan dapat menawarkan service atribut yang positif kepada masyarakat. Service attribute yang positif tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap niat masyarakat untuk menggunakan internet banking service, dan juga akan membentuk sikap masyarakat yang positif terhadap pemakaian internet banking service. Maka peneliti  juga memverifikasi hipotesis berikut ini dalam konteks intention to use  internet banking service :
H11. Kepercayaan masyarakat secara positif akan berpengaruh pada      Niat konsumen
          untuk memakai Internet Banking Service.
H12 : Kepercayaan masyarakat secara positif akan membentuk sikap positif masyarakat
          terhadap internet banking service
H13. Sikap masyarakat terhadap internet banking service  secara positif akan berpengaruh
          pada     Niat konsumen untuk memakai Internet Banking Service.
H14. Kepercayaan masyarakat secara positif akan berpengaruh pada      sikap konsumen
           terhadap Niat konsumen untuk memakai Internet Banking Service.
H14. Service attribute  secara positif akan membentuk     sikap positif masyarakat
         terhadap  Internet Banking Service.
H15. Service attributes secara positif akan berpengaruh pada niat  masyarakat untuk
          menggunakan internet banking service.
H16 : Intention to use IBS akan secara positif dari motivasi konsumen, kemauan, rencana,
        dan perilaku konsumen untuk menggunakan IBS
H17. Evaluasi kualitas teknis/fungsional dari Internet banking Service secara positif
         berhubungan dengan  kepuasan kualitas fungsional/teknis dari pemakaian internet
        banking service
7.Metode Penelitian
7.1. Rancangan Penelitian
            Menurut Nasir (2003:84) rancangan penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Proses penelitian  dimulai dari interprestasi, pemilihan serta perumusan masalah sampai dengan perumusan hipotesis serta kaitannya dengan teori dan kepustakaan yang ada . Proses selanjutnya adalah tahapan operasional. Dalam Penelitian ini digunakan survey sample dari suatu populasi dengan menggunakan questionaire sebagai alat pengumpul data dan melakukan analisis terhadap responden sebagai subyek penelitian. Rancangan untuk jenis penelitian ini yang menguji hipotesis mencantumkan teori dan dasar kebenaran hipotesis yang diuji.
7.2. Populasi, Sampel ,Besar Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sugiono (2004:55) menyatakan populasi adalah wilayah generaliasi yang terdiri dari objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh masyarakat di Kalimantan (Target Population). Adapun jumlah penduduk kalimantan Barat adalah kurang lebih 5.275.345 jiwa. Dengan mempertmbangkan tentang kecukupan analisis penelitian, maka penelitian akan dilakukan dengan hanya mengambil sebagian dari jumlah masyarakat di Kalimantan Barat atau dengan kata lain dilakukan penelitian sampel.
            Sampel penelitian harus dapat mewakili keadaan populasi, yang berarti data yang diperoleh adalah data sampel. Sugiono (2004:56) mengatakan, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari populasi, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diberlakukan harus benar benar representatif.
            Terdapat 2 hal yang harus diperhatikan dalam penelitian sampel yaitu mengenai jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel. Berkaitan dengan jumlah sampel (sample size), Ferdinand (2002:48) memberikan pedoman ukuran sampel sebagai berikut :
·         Sampel 100-200 untuk teknik maximum likelihood estimation
·         Tegantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-1- kali jumlah parameter yang diestimasi.
·         Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan pada seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10.Jika terdapat 20 indikator, maka besarnya sampel adalah antara 100-200
·         Jika sampelnya sangat besar,maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.Misalnya jika jumlah sampel 2500, teknik estimasi ADF (Asympotocally Distribution Free Estimation) dapat digunakan.
Berdasarkanpendapat tersebut, dalam penelitian ini akan diambil sampel yang banyaknya disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis data sebagai referensi, yaitu berdasarkan teknik estimasi ADF, yaitu 780 orang responden dengan menggunakan area sampling. Peneliti akan mengambil sampel di 13 kabupaten di Kalimantan Barat, yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kota Singkawang, kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Melawi,Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Ketapang, serta kabupaten Landak. Di setiap kabupaten akan diambil sampelnya sebanyak 60 orang responden. Penarikan sampel di tiap tiap wilayah akan digunakan accidental random sampling. Dengan Jumlah sampel ini telah memenuhi pendapat tentang sample size yang telah diuraikan sebelumnya, termasuk untuk memenuhi syarat ideal analisis dengan menggunakan SEM.
Selanjutnya, Sugiono (2004:56) menyatakan teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik samplingnya adalah proportional random sampling. Menurut Nazir (2003: 277), proportional random sampling adalah sampel yang ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota subpopulasi menjadi anggota sampel. Populasi tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relatif dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsampel.
7.3. Ukuran – Ukuran yang Digunakan dalam Questionaire
Desain kuesioner didasarkan terutama pada skala pengukuran multipleitem diambil dari penelitian sebelumnya (Baker, 1991; Churchill, 1979), dan semua instrumen yang dikembangkan dengan menggunakan skala tujuh poin rating (Hijau dan Rao, 1970). Untuk memastikan kata-kata yang memadai terhadap kuesioner (Oppenhein, 1996), tes yang dilakukan pada 20 responden dan wawancara praktik, setelah modifikasi yang dilakukan sebelum pengumpulan data aktual. Kuesioner (Lampiran 1) terdiri dari tiga bagian.
Bagian 1 adalah untuk menentukan apakah berkaitan dengan usia sikap dan perilaku terhadap niat menggunakan IBS. Berdasarkan Ajzen dan Fishbein (1980), skala sikap empat-item dikembangkan. Sebuah bi-polar skala diferensial semantik Peringkat digunakan untuk mengukur sikap terhadap responden menggunakan IBS (Churchill, 1995). Instrumen ini meminta individu untuk menilai empat item sesuai dengan pandangan mereka tentang IBS. Item ini digunakan tujuh poin skala dengan kata sifat berikut: buruk / baik, merugikan / menguntungkan, bodoh / bijaksana, negatif / positif, konsisten dengan penelitian yang masih ada pada TAM (misalnya Malhotra dan Galletta, 1999). Perilaku niat diukur dengan meminta responden menunjukkan bagaimana kemungkinan menggunakan IBS di masa depan (ceteris paribus).
Bagian 2 adalah untuk mengukur komponen-komponen berikut kerangka penelitian kami: variabel eksternal (self-efficacy, persepsi risiko dan pengaruh sosial), kegunaan yang dirasakan, dirasakan kemudahan penggunaan dan IBS, sehingga untuk memeriksa bagaimana berhubungan satu sama lain dan dengan responden sikap dan perilaku terhadap niat penggunaan IBS. Untuk membatasi jumlah pertanyaan dalam penelitian ini, self-efficacy diukur menggunakan skala tiga-item berdasarkan Taylor dan Todd (1995b), dan responden diminta untuk memberikan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan pada skala Likert tujuh poin berlabuh oleh "sangat tidak setuju" (nilai 1) dan "sangat setuju" (nilai 7). Instrumen yang digunakan untuk mengukur risiko yang dirasakan konsumen dan dikembangkan dari Jarvenpaa (1996) Todd deskripsi jenis risiko yang dirasakan dalam belanja online. Para responden diberi tiga pernyataan yang tidak menguntungkan dan diminta untuk menunjukkan kemungkinan dari masing-masing. Sebuah pernyataan tambahan yang diberikan kepada persepsi keseluruhan responden mengukur risiko ketika mempertimbangkan semua faktor gabungan. Pengaruh sosial diukur dari segi (1958) tiga proses Kelman pengaruh sosial - identifikasi kepatuhan, dan internalisasi. (1999) Malhotra dan Galletta skala 12-item diadaptasi untuk mengukur pengaruh sosial di adopsi dari IBS. Item yang digunakan untuk membangun kegunaan yang dirasakan (U) dan persepsi kemudahan penggunaan (EOU) diadopsi dari Davis dan Venkatesh (1996). Individu diminta untuk mengindikasikan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan dengan pernyataan untuk empat N dan empat pernyataan untuk EOU, juga didasarkan pada skala tujuh poin
References
Alsadek, G., and  Andrew, W, 2008. An empirical survey of individual  consumer, business firm and 
                financial institution attitudes  towards Islamic methods of finance. International Journal
                of Social Economics   35(11) : 783-808

Anita,L.Z., Nicole. K.,  Lewis.S.H., Lloyd., and Philippa.W.2010. Adoption of internet banking  services
                 in China: is it all about  trust? International Journal of Bank Marketing  28 (1) : 7-26.

Baker, M.J. (1991), Research for Marketing, Macmillan Press, London

Bandura,A.  Self-efficacy in changing societies.Research Centre for international Law,
                University of Cambridge. September 1994.


Chen Chang, C., and Chieh Chin.,Y. 2011. Comparing consumer complaint  responses to online and
                offline environment.Internet Research 21 (2) : 124-137

Cox, D.F.  1967. Risk taking and information Handling in Consumer behavior. Harvard  University
                 Press, Boston,MA.

Davis, F.D. and Venkatesh, V. (1996), “A critical assessment  of potential measurement biases in the
                  technology  acceptance model: three experiments”, International  Journal of Human-
                  Computer Studies. 45 (1) :  19-45


Ebrahim,E., Mohammad, I.D., Hadi, M., and  Amin,H. 2011. The Role of Trust and Other Behavioral
                 Intention Determinants on Intention toward Using Internet Banking . International
               
Journal of Innovation, Management and Technology. 2 (1) : 1-6

Emin, B.,Sevgin,E.,and Ugur,Y. 2004. Modeling consumers’ choice behavior: an  application in
                banking. Journal of Services Marketing 18 (6) : 462-470

Fishbein, M. and Ajzen,L. 1975.  Belief, Attitude, Intention and Behavior : An Introduction to Theory
               and Research. Addison-Wesley,Reading,MA.

Green, P.E. and Rao, V.R. (1970), “Rating scales and  information recovery: how many scales and response  categories to
                 use?”, Journal of Marketing, 34 (3) :   33-9

Haque,A.    2010.   Islamic Banking in Malaysia:        A Study of Attitudinal Differences of Malaysian                   
               Customers. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences 18 : 1-12.

Hanudin,A. 2007. An analysis of mobile credit card usage intentions. Information Management &
               Computer Security. 15 (4): 260 - 269

Jarvennpaa, S.L. and Todd, P.A.1996. Consumer  reactions to electronic shopping on      the world
               wide web. International Journal of Electronic Commerce 1 (2) : 59-88.

               Journal. 3 (2) : 1212 - 1236

Kim, Y. H. dan Kim, D. J., 2005. A Study of Online Transaction Self-Efficacy, Consumer
            Trust, and Uncertainty Reduction in Electronic Commerce Transaction, Proceedings
            of the 38th Hawaii International Conference on System Sciences.


Malhotra, Y. and Galletta, D.F. (1999), “Extending the  technology acceptance model to
            account for social  influence: theoretical bases and empirical validation”,  Proceedings   
            of 32nd Hawaii International Conference on  System Sciences, available at:  
            http://dlib.computer.org/  conferen/hicss/0001/pdf/00011006.pdf

Marcelo. V.,N., And Juliana, B.,P. 2010. Human values and attitudes toward bank
                 services in Brazil. International Journal of Bank Marketing. 28 (3) : 168-192

Mary, A.,E., and Sherry, L. 2010. Cognitive and institutional predictors of initial trust
                 toward an online retailer. International Journal of Retail & Distribution
                 Management. 39 (4) : 234-255

Mark, L. 2010.  Attitudes and Perceptions towards Islamic Banking among Muslims and Non-
                Muslims in Malaysia: Implications for Marketing to Baby Boomers and X-Generation.
                International Journal of Arts and Sciences 3(13)  : 453-485

Mayer, R.C., Davis, J. H.,  and Schoorman, F. D., 1995. An Integratif Model of
             Organizational Trust. Academy of Management Review. 30 (3): 709-734.
Melissa, St.,J.,  and Natasa., C. 2011. Factors influencing wine consumption in
             Southern  California consumers. International Journal of Wine Business Research.
             23 (1) :    36-48

Michael,P. 2007. The Influence of Trust on Internet Banking Acceptance.Journal of Internet Banking
               and Commerce  12 (2) : .10 pgs


Mostafa,M.,M. 2007.Determinants of E.Banking Adoption: The Case of E-Banking Services in
                Teheran . IADIS International Conference e-Society. 35 (5) : 5 pgs.

Norazah, M,.S and rumayah.2010.User Acceptance of the E-Government Services in Malaysia:
                 Structural Equation Modelling Approach. Interdisciplinary Journal of Information,
                  Knowledge, and Management . 5 : 1-19

Pavlou, P. A., and Gefen, D., 2002. Building Effective Online Marketplaces with 
              Institution-based Truts., Proceedings of Twenty-Third International Conference on
              Information Systems. 667-675.


Peter .K.,V. and Vouke.,l. 1997.  Private and public banks: a comparison of customer  expectations
                  and perceptions. International Journal of  Bank Marketing  15 (7) : 279–287

Peter, J.,P. and Ryan,M,.J. 1976.  An Investigation of perceived Risk at the brand level.     Journal of
                  Marketing Research. 13 : 29-37.

Riadh, L., And Miguel,.M. 2011. Bank service quality: comparing  Canadian and Tunisian customer 
                  perceptions. International Journal of Bank Marketing  29 (3) : 224-246

Rose, G., and Detmar W. 2001. The Effect of Download Time on Consumer Attitude Toward
                The E-Service Retailer. e-Service Journal. 1 (1) : 55-76 (Article)

Sheng, W., Cathy S.,L and Jean,L. 2011. An empirical investigation of  online users’
              keyword ads search behaviours. Online Information Review. 35 (2) :  177-193

Stone, R.,N. and Graunhaug, K. 1993.  Perceived  risk :  further considerations for the      Marketing
                  discipline. European  Journal of marketing 27 (3) : 39-50

Sudin.H, Norafifah.A, And Sandra L.,P. 1994.  Bank Patronage  Factors of  Muslim and  Non-Muslim
                  Customers.  International Journal of Bank Marketing 12 (1) : 32-40.

Vinh Sum, C.,And Liqing W.L.,C. 2010. The youth market for internet banking services: perceptions,
                 attitude and Behaviour. Journal of Services Marketing 24 (1) : 42-60.

Ya-Yueh,S. 2007. The study of customer attitude towards Internet banking based on the Theory of
                Planned Behavior. http://ibacnet.org/bai2007/proceedings/Papers/2007bai7536.pdf. : 1-11

Yousafzai, S. Y., Pallister, J. G., and Foxall, G. R., 2003. A Proposed Model of ETrust
             for Electronic Banking, Technovation, 23: 847-860.

Zaigham, M. 2009. Attitudes towards the use of E-banking: Result of a Pilot Survey.
                 Communications of the IBIMA  8 : 1-5



1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Pak Adi....apa kabar? sdh lulus kah? Semoga lantjar ya study nya

    BalasHapus